Materi Ajar vs Proses Belajar

Tuesday, February 21, 2017 0
Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dunia pendidikan dihadapkan pada persoalan mendesak yang harus segera ditangani, yakni bagaimana merombak kurikulum dan memperbaiki proses belajar-mengajar supaya dapat mengakomodasi perkembangan tersebut. Sementara materi ajar yang lama masih dirasakan perlu untuk diajarkan, sejumlah materi baru kini mencari tempatnya. Ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan dalam upaya mengatasi persoalan di atas. Yang pertama adalah memadatkan materi ajar, yakni menyisipkan materi baru di sela-sela materi lama, tanpa menambah jam pelajaran. Alternatif pertama ini telah dilakukan pada kurikulum nasional kita. Teori graf, misalnya, menghiasi mata pelajaran matematika SMU pada kurikulum yang berlaku sekarang ini. Alternatif kedua adalah menggeser materi ajar ke bawah, yakni mengajarkan sejumlah materi lebih awal, untuk memberikan tempat bagi materi baru. Ini pun telah dilakukan oleh sejumlah sekolah di negara kita. Membaca, menulis, dan berhitung, misalnya, sekarang ini rupanya sudah diperkenalkan sejak di taman kanak-kanak (Kompas, 12 Juli 1997).

Menambah jumlah jam pelajaran di sekolah, sehingga materi baru dapat diajarkan tanpa menggangu jadwal pelajaran materi lama, merupakan alternatif ketiga. Sejumlah sekolah negeri unggulan dan sekolah swasta yang tergolong ‘top’ di negara kita memilih alternatif ketiga ini dengan memberikan berbagai mata pelajaran tambahan kepada muridnya, seperti bahasa Inggris dan pengenalan komputer (Kompas, 19 Juli 1997).

Dalam alternatif pertama, kedua, ataupun ketiga, materi ajar tampak lebih diutamakan, sementara proses belajar-mengajar cenderung terabaikan. Bila kita renungkan dengan bijak, ketiga alternatif ini sesungguhnya tidak mengatasi persoalan tadi, malah hanya menambah beban murid dan juga guru. Orangtua murid pun turut merasakan beban anaknya yang semakin berat, banyak di antara mereka yang mengeluh tentang hal ini.

Untuk mengatasi persoalan di atas, kita seharusnya melirik alternatif lain yang mungkin dapat dilakukan tanpa menambah beban murid dan guru. Pepatah lama mengatakan bahwa murid pintar bukan karena diajar tetapi karena belajar. Oleh karena itu, tugas utama seorang guru seharusnya bukan mengajar tetapi membuat muridnya belajar.

Menyadari hal ini, menggantikan pengajaran gaya lama yang lebih menekankan pada penyampaian materi (transfer of knowledge) dengan pengajaran gaya baru yang lebih menekankan pada upaya membuat murid belajar (pembelajaran), merupakan alternatif keempat, yang jauh lebih baik daripada ketiga alternatif sebelumnya.

Dalam upaya membuat murid belajar, seorang guru harus memperhatikan gaya belajar (learning style) muridnya, yakni bagaimana muridnya (mau) belajar mempelajari sesuatu. Menurut Kolb (1984), murid belajar dalam 4 (empat) gaya. Gaya belajar pertama adalah mempertanyakan mengapa sesuatu harus dipelajari (why). Guru yang menghadapi murid dengan gaya belajar pertama ini haruslah seorang pendorong (motivator).


Gaya belajar kedua adalah mempertanyakan apa yang sedang atau akan dipelajari (what). Dalam menangani murid dengan gaya belajar kedua ini, seorang guru tentunya harus tahu banyak (expert).

Murid yang senang mempelajari bagaimana sesuatu bekerja (how) termasuk murid yang memiliki gaya belajar ketiga. Murid demikian harus dibimbing oleh seorang guru yang dapat berperan sebagai pelatih (coach).

Lihat Juga : Ebook Matematika

Gaya belajar keempat adalah mempelajari apa yang terjadi apabila sesuatu diterapkan pada situasi konkrit tertentu (what if). Dalam hal ini seorang guru lebih baik menyingkir jauh-jauh dan menjadi pengamat saja (observer), membiarkan murid yang memiliki gaya belajar keempat ini belajar sendiri.

Dengan demikian, untuk mengajar sekian murid dalam satu kelas, dengan berbagai gaya belajar di atas, diperlukan seorang guru yang pendorong, tahu banyak, pelatih, dan sekaligus pengamat yang baik. Guru seperti itu adalah seorang fasilitator bagi muridnya dalam belajar. Satu aspek saja tidak dipenuhi oleh si guru, sejumlah murid akan menjadi bosan dan kemudian tidak belajar.

Lalu bagaimana dengan materi ajar yang kian bertambah banyak itu? Dibandingkan dengan proses bagaimana murid belajar, materi ajar menjadi tidak terlalu penting. Setidaknya ada dua alasan untuk itu.

Yang pertama, mustahil seorang guru dapat mengajarkan seluruh materi yang kian bertambah banyak dalam waktu yang terbatas. Matematika, misalnya, yang telah berusia ribuan tahun dan masih berkembang dengan pesat sampai sekarang ini, tidak mungkin diajarkan seluruhnya kepada seorang murid dalam waktu 23 tahun (dari taman kanak-kanak sampai program doktor).

Yang kedua, seorang pakar sekalipun tidak akan pernah tuntas menguasai materi dalam bidangnya, senantiasa ada sesuatu yang perlu dipelajari (lagi) karena lupa atau belum tahu. Jadi, yang lebih penting adalah proses bagaimana mempelajari suatu materi, bukannya materi yang sedang dipelajari.

Seorang murid yang telah dapat mengembangkan gaya belajar yang dimilikinya (paling bagus kalau ia memiliki keempat-empatnya) akan belajar sendiri dan dapat memutuskan sendiri materi apa yang perlu dipelajarinya. Bila ini terjadi, tugas seorang guru ---yakni membuat muridnya belajar--- dapat dikatakan selesai.

Oleh : Prof. Hendra Gunawan, P.hD

Sumber : http://personal.fmipa.itb.ac.id/hgunawan/files/2007/11/ 06-Materi-Ajar-vs-Proses-Belajar.pdf

The Goals

Saturday, February 18, 2017 0
Bergerak !.
Kira-kira apa yang membuat orang ingin atau termotivasi untuk bergerak ? jawabannya adalah Tujuan. Tujuanlah yang membuat kita ingin bergerak meninggalkan kemalasan. Tujuan akan tercapai tentunya jika menyiapkan cara-cara yang kita sebut strategi, agar yang kita lakukan menjadi efektif dan efisien, dan dengan sumber daya yang kita miliki atas pemberian Tuhan kita bisa mencapai tujuan itu. Tuhan memberikan sumber daya kepada kita berupa mata, tangan, akal, dan seluruh apa yang sering kita tidak sadari bahwa itu adalah pemberian Tuhan.

"Berusaha melawan kebingungan dalam menyongsong hari esok yang lebih baik bagi Insan tercinta di Jonggol" -Budi Saputra-

Berjalanlah kita menyusun strategi, bergeraklah kita kepada pencapaian tujuan tapi apakah semua strategi yang kita rencanakan akan semulus yang kita bayangkan ? kebanyakan tidak. Anda tau kenapa ? lihat bagan yang saya buat.

 The Goals

Di antara strategi dan efektif-efisiensi disitu ada Faktor X yang sering kita abaikan dalam proses pencapaian tujuan hidup kita. Sering kita abaikan dalam setiap kali kita bergerak. Lebih sering lagi kita melupakan kalau ilmu dan nalar kita sangat terlampau jauh dengan factor X.



The Goals

Dialah Alloh, dialah Faktor X yang sering kita lupakan. Kita tidak perlu sangkal-menyangkal kalau dalam kehidupan ini kita selalu mengandalkan LOGIKA dan EGO, kita selalu mengira nih kalau semua rencana kita bakalan terjadi. Dan, ketika rencana kita gak kejadian masih aja kita ga inget sama faktor X itu. Ini pengalaman saya yaa...... Emang kadang-kadang PEMILIK ingin kita sadar dengan cara yang kurang mengenakan bagi kita. Tapi itu BAIK. supaya kita-kita ini ga sombong dengan ilmu dan nalar yang cetek.

The Goals

Diibaratkan samudera itu lautan ilmu sang PEMILIK nah Anda lihat tuh di dalem buletan merah itu ada titik. Titik itu lah ilmu yang di bagi oleh PEMILIK kepada SEMUA mahluk. Hanya setitik ilmu dibagikan kepada semua mahluk dari satu samudera ilmu
Pernah ga sih ngerasa di saat-saat kesempitan hidup tiba-tiba ada ketidaksengajaan yang Anda rasakan, lalu hidup Anda kembali lapang ? itulah Faktor X. Sang PEMILIK punya cara terbaik untuk mengantarkan mahluknya kepada tujuan terbaik dan itu pasti terjadi.


Selama Anda bertanggung jawab kepada sumberdaya yang Anda miliki... tangan digunakan untuk apa ? mata digunakan untuk melihat apa ? semuanya akan dimintai pertanggung jawaban. Menjadi baiklah diriku dan diri Anda ! supaya kita di antarkan oleh Alloh kepada tujuan terbaik. Dan akan di Jadikannya kita mahluk yang MULIA lebih mulia dari malaikat.


Makanya kalau sedang mengejar tujuan jangan mudah terpegaruh. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu ! apapun yang akan kita lakukan di bebasin sama Alloh, masalahnya apakah semua perbuatan yang kita lakukan Allah akan ridho ?

Ketidakpastian akan muncul di tengah-tengah perjalanan, ketidakpastian, bimbang, tidak tahu arah, bahkan bisa-bisa pekerjaan Anda sia-sia karena gagal. Di sinilah kita harus bertanya dan meminta KEPADA FAKTOR X supaya memberikan jawaban atas pertanyaan kita. Apakah langkah yang kita akan ambil ini benar atau tidak, apakah langkah yang akan di ambil ini sang PEMILIK ridho atau tidak. Yaitu dengan Istikhoroh... jikapun Alloh ga jawab, itu tetap bernilai ibadah.

PENEKANAN, dalam perencanaan, strategi untuk mencapai GOALS tidak ada yang namanya KEPASTIAN. Hanya satu yang pasti dari tujuan hidup kita. MATI.

The Goals



Pilihan kita, mau mati dalam keadaan apapun. Apakah mati dengan keadaan sebagai orang baik atau mati dalam keadaan sebagi orang tidak baik. Semua ya di awali dari kehidupan di dunia ini, yang singkat ini. Ibarat perjalanan kan hidup di dunia ini cuma lewat dan numpang minum doang. Selanjutnya ya kita teruskan di kehidupan yang kekal dan abadi. Allah punya agenda yang terbaik buat kita. Inget ya bahwa ada FAKTOR X .

Baiklah saya cukupkan catatan ini agar menjadi pengingat bagi diri saya pribadi dan berbagi bersama Anda.

Tentukan target dan yakin bidikannya akan kena, perhitungkan dan buatlah strategi.


-----------------------------------

Profil Penulis
Budi Saputra adalah Mahasiswa Sekolah Bisnis dan Manajemen 2014 Institut Teknologi Bandung, profil selengkapnya bisa add Facebook Budi Saputra
Budi Saputra