Eksistensi minyak sawit di Indonesia dimulai sejak masa penjajahan kolonial Belanda pada 1848. Awalnya sawit hanya ditanam sebagai tanaman hias di pinggiran jalan di Deli, Sumatra Utara. Pada tahun 1870-an hal ini menunjukan efek domino dengan meningkatnya permintaan minyak nabati akibat dari Revolusi Industri pada pertengahan abad ke-19, dari sinilah muncul sebuah gagasan untuk membuat perkebunan kelapa sawit yang kemudian di realisasikan 5.123 ha di Deli dan Aceh, dan Indonesia adalah pemasok palm oil terbesar dunia kala itu, hingga pada masa pendudukan Jepang produksi palm oil terus merosot, namun setelah masa pendudukan Jepang pemerintah Indonesia kembali berusaha meningkatkan produksi palm oil namun tidak berhasil, semenjak masa Orde Baru digalakkan perluasan areal perkebunan seiring meningkatnya harga palm oil dunia, mungkin karena hal inilah konflik berkepanjangan dimulai – Manusia dan alam – dan berlanjut hingga saat ini, meski demikian palm oil eksistensinya di tingkat global masih bertahan. Berikut beberapa alasannya :
- Palm oil memiliki sifat baik dalam memasak, tetap mempertahankan sifatnya pada temperatur tinggi.
- Teksturnya licin dan seperti krim serta tidak berbau membuat palm oil sempurna untuk beberapa resep, termasuk untuk yang di bakar (panggang) seperti biskuit dalam keadaan tertentu.
- Sawit memiliki bahan pengawet alami dampaknya memperpanjang usia produk makanan.
- Sawit juga menghasilkan minyak nabati paling tinggi yang membuatnya sangat efisien. Sawit membutuhkan kurang dari setengah lahan yang di butuhkan oleh tanaman lain untuk menghasilkan minyak dalam jumlah yang sama, ini membuat minyak nabati sawit paling tidak sedikit mahal di dunia.
Lihat Juga Paru-Paru Dunia Kami Hilang
Apa artinya ini?
Ini artinnya Malaysia dan Indonesia adalah produsen terbesar palm oil global, data terakhir menunjukan luas total lahan perkebunan sawit dunia sekitar 12.000.000 ha yang terkonsentrasi di Indonesia dan Malaysia dan di prediksi akan terus mengalami peningkatan seiring dengan keeksistensian palm oil secara masif, tentu berbanding lurus dengan luas lahan perkebunan sawit yang dibutuhkan, maka diperlukan regulasi yang tepat dan kuat untuk mengatur perizinan, pengembangan, pengolahan serta pengawasan perkebunan sawit yang sustainable hingga ke produk turunannya.
Persentase Produksi dan Konsumsi Palm Oil Dunia
Data 2012 menurut United State Departement of Agriculture, Indonesia menghasilkan setengah dari produksi palm oil global, produksi palm oil global telah mengalami peningkatan dua kali lipat satu dekade terakhir. Per 2000 palm oil paling banyak di produksi dalam perdagangan minyak nabati (FOA 2002), sekitar 40% terhitung dari semua minyak nabati di perdagangan internasional dan per 2006 persentasenya telah meningkat hingga 65% (FOA). Permintaan palm oil untuk seluruh dunia diharapkan kembali meningkat dua kali lipat per 2050 sekitar 240 Juta ton. Perkebunan baru sedang di kembangkan dan sedang diperluas di Indonesia, Malaysia dan negara-negara Asia lainnya, maupun di Afrika dan Amerika Latin. Tapi ekspansi ini mengabaikan hutan yang turut berkontribusi dalam pembebasan lahan hutan hujan tropis di Sumatra dan Kalimantan khususnya dari tahun 1980-2000 bahkan hingga saat ini membentuk habitat kritis bagi sebagian besar spesies sehingga mengancam biodiversitas dan ekosistem umummya.
India, China, Indonesia dan Eropa merupakan konsumen utama dari palm oil. Diperkiran bahwa setiap orang Perancis mengkonsumsi rata-rata 2 kilogram palm oil pertahun, atau 6% dari konsumsi lemak total usia dewasa, antara usia 18-72 tahun, konsumsi terbesar palm oil di Asia sendiri khusunya Indonesia terletak pada minyak sayur, hampir semua kudapan di Indonesia menggunakan minyak sayur, hal ini lah yang menjadi masalah pada satu dekade terakhir, ketika kita tidak mengetahui asal usul dari produsen mana berasal, bisa saja asal-usul dari palm oil yang kita gunakan tidak bersertifikasi RSPO.
RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) merupakan asosiasi nirlaba yang menyatukan para pemangku kepentingan dari tujuh sektor industri minyak sawit - produsen kelapa sawit, pemroses atau pedagang kelapa sawit, produsen barang-barang konsumen, pengecer, bank dan investor, LSM baik LSM pelestarian lingkungan atau konservasi alam, maupun sosial. Ketika kita menggunakan produk palm oil yang tidak bersertifikat RSPO sama artinya kita memberikan sumbangsih pada perampasan habitat satwa liar, deforestasi dan kebakaran hutan, maka Indonesia harus segera bertransformasi pola konsumsi palm oil ke produk sustainable palm oil dengan bersertifikat RSPO, mengingat Indonesia selaku produsen terbesar menjadikannya konsumen palm oil terbesar kedua dengan 14% dibawah India dengan 16%, menurut data RSPO palm oil yang sudah tersertifikasi di seluruh dunia hanya sekitar 10% yang notabene penguasa pasar global.
Di Indonesia sendiri hanya sekitar 9% dari produksi total yang telah sustainable palm oil seperti salah satu perusahaan di Riau, Sumatra Utara. Maka tentu ini PR bagi pemerintah sebagai regulator untuk mengedukasi masyarakat akan ke-sustainable-an terutama kepada para produsen dan pengembang, mengingat dampak negatif dari lahan pertanian sawit yang tidak sustainable sangat beragam mulai dari kebakaran hutan hingga punahnya biodiversitas fakta ini sungguh memperihatinkan.
Sulitnya Transformasi Ke Produk Sustainable Palm Oil
Walaupun menggunakan minyak sayur lain nampak seperti solusi praktis, itu sebenarnya akan menimbulkan masalah serupa –Lingkungan dan Sosial-. Bagaimanapun solusi terbaik adalah pastikan bahwa anda membeli produk yang mengandung “ Sustainable Palm Oil” Bagaimanapun, ini terdengar tidak mudah untuk beberapa alasan berikut :
- Mengganti palm oil dengan jenis minnyak nabati lainnya seperti minyak biji bunga matahari, berarti bahwa lebih banyak lahan yang di butuhkan, karena pohon sawit memproduksi minyak 4-10 kali lebih banyak dibanding tanaman lainnya perunit dari lahan yang ditanami. Ini akan menghasilkan kerusakan lingkungan yang serius dengan risiko akan lebih banyak hutan yang di konversi menjadi lahan pertanian.
- Di negara produksi, jutaan petani dan keluarganya bekerja di sektor palm oil. Palm oil berperan penting dalam penurunan kemiskinan di kawasan tersebut. Di Indonesia dan Malaysia, total 4.5 juta orang menggantungkan hidup pada produksi palm oil. Memberhentikan semua produksi palm oil akan menciptakan masalah serius untuk orang yang menyangga keluarganya dengan bekerja di industri tersebut.
- Mengganti palm oil dengan jenis lain tidak selalu mungkin karena kekhasan dari palm oil sebagai bahan makanan. Menggunakan minyak lain tidak akan memberikan tekstur dan rasa yang sama seperti yang diberikan palm oil.
Oleh karena itu, mari kita kampanyekan transformasi pola konsumsi palm oil ke sustainable palm oil menjadi konsumen bijak, belilah produk yang baik untuk anda dan lingkungan agar kelestarian lingkungan dan masa depan anak cucu kita terjaga.